Lihat halaman ini dalam bahasa: Inggris (English) Seorang ahli yang berpandangan objektif mendukung Perjanjian Baru Mangingat dari Perjanjian Baru inilah kita memperoleh dasar pengetahuan tentang Yesus, maka tepatlah mempertanyakan apakah literatur ini kuat dan akurat berdasarkan sejarah. Para kritikus kerap menggambarkan Injil sebagai legenda suci, yang tak memiliki akar sejarah, dan dirancang hanya untuk maksud propaganda. Walau sementara diakui bahwa Injil bukan biografi dalam arti yang sebenarnya menurut definisi abad 20,1 fakta-fakta berikut ini memberikan bobot yang sangat besar pada keakuratan sejarah Perjanjian Baru. Seorang Ahli Yg Berpandangan Objektif Mendukung Perjanjian BaruPara ahli Arkeologi yang meneliti peradaban kuno lewat temuan reruntuhan dan penelitian artefak, dengan kesuksesan yang terus bertambah memperkuat keakuratan teks-teks Alkitab. Salah satu contoh klasik adalah pembelaan Sir William Ramsey terhadap kitab Lukas.2 Penemuan-penemuan arkeologis tersebut membalikkan pendapat sejumlah orang yang dulunya berpandangan skeptis. Salah satunya adalah seorang ahli, Dr. William F. Albright, yang menulis:
Temuan arkeologi terakhir melingkupi Kolam Bethesda (Yoh 5:1f) dan "Lantai Batu/ Gabata" (Yoh 19:13). Beberapa dasawarsa yang lalu keberadaan keduanya diragukan. Konfirmasi tentang keakuratan letak Sumur Yakub juga telah didapat (Yoh 4).4 Penemuan-penemuan demikian telah membalikkan pandangan-pandangan skeptis banyak ahli tentang keabsahan sejarah injil yang ke-empat. Pengarangnya telah memperlihatkan pengetahuan yang jelas dan mendalam tentang Yerusalem dimasa Yesus, sebagaimana yang kita harapkan dari Rasul Yohanes. Rincian seperti itu tak mungkin didapat oleh penulis dari generasi selanjutnya, karena Yerusalem dihancurkan di abad 70 A.D oleh tentara Romawi di bawah kepemimpinan Titus Seperti juga, penemuan yang baru-baru ini tentang sensus Romawi mirip dengan yang terdapat dalam Luke 2:1f, dan bukti sejarah tentang “Synchronism”5 dalam Luk 3:1f, menegaskan ketelitian Lukas dalam penulisan injilnya (Luk 1:1-4). [Baca lebih jauh tentang penemuan-penemuan arkeologi yang memperkuat keakuratan Alkitab.] Para kritikus Injil Lukas sering mencondongkan diri kedalam opini-opini yang tak teruji dan berprasangka, namun mereka belum bisa merobohkan pembuktian-pembuktian sejarah mengenai Lukas. 6 Selanjutnya, dua “Synoptic”7 Injil lainnya, Matius dan Markus, yang melukiskan persamaan secara mendasar gambaran tentang pengajaran Yesus, juga merupakan point yang dapat dipercaya mengenai dirinya. Kemudian, selain dalam Alkitab, Yesus juga disebut dalam buku-buku sejamannya. Penulis-penulis sekular (yang kritis) dan non-Biblical juga merujuk pada keberadaan Yesus, termasuk literatur Romawi tentang Tacitus, Seutonius, Thallus and Pliny, dan literatur Yahudi mengenai Josephus dan Talmud. Gary Habermas telah mengutip sebanyak 39 sumber dari buku-buku kuno di luar Alkitab, termasuk 17 yang non-Kristen, yang merupakan saksi di luar Perjanjian Baru hingga lebih dari 100 rincian tentang kehidupan, kematian dan kebangkitan Yesus.8 Injil Berperan Dalam Integritas SejarahAda bagian dari teks-teks itu sendiri yang menandakan keempat Injil tersebut sebagai sejarah yang masuk akal, bukan legenda ataupun propaganda yang dibuat-buat. Pertimbangkan bahwa para penulis Injil menggambarkan murid-murid utama Yesus secara samar (Mat 14:30, Mrk 9:33f, Luk 22:54f). Perhatikan bahwa mereka juga memasukkan kata-kata keras dari Yesus, yang sebenarnya malah menyurutkan minat orang-orang yang mendengarnya. (Mat 21:28f, Luk 9:23f, Yoh 8:39f). Satu hal yang nyata dari keempat Injil tersebut adalah bahwa kekayaan tak ternilai yang mereka miliki tentang kabar baik tidak terungkap dipermukaan, namun tersembunyi dibalik tantangan (Mrk 8:34f, Yoh 12:25f)9 dan ancaman (Mat 25:31f). Kesemuanya itu malahan akan mengakibatkan hal yang tak diharapkan untuk suatu propaganda. Penulisannya di dalam Injil memperlihatkan kesungguhan para evangelis untuk berkata sejujurnya, walau memalukan atau tak menyenangkan sekalipun. Teks Perjanjian Baru Tersusun Dengan KuatBeberapa orang menyatakan keprihatinan bahwa Alkitab mungkin telah diubah selama berabad-abad. Kepada hal inilah para pengkritik tekstual menempatkan diri mereka. Mereka telah mengetahui keseluruhan naskah dan bagian-bagian yang lainnya, satu bagian disebutkan berasal dari awal abad ke 2. Perjanjian Baru secara tekstual memiliki dukungan lebih baik daripada karya-karya Plato, Aristotle, Herodotus, or Tacitus,10 yang isinya tak terlalu dipermasalahkan secara serius oleh seorangpun. Sebagai tambahan, dokumen-dokumen Perjanjian Baru selalu terbuka bagi masyarakat umum, dan tersebar luas. Jadi akan merupakan suatu hal yang mustahil bagi siapa pun untuk merubah isinya secara pokok, sebagaimana Deklarasi Kemerdekaan, contohnya, sebagai dokumen publik, tak mungkin dapat diubah secara sembunyi-sembunyi tanpa menarik perhatian dan mengakibatkan kemarahan masyarakat. Sir Frederic Kenyon, bekas Direktur British Museum, mengatakan:
Kesimpulannya, sebenarnya tidak tepat bila Perjanjian Baru diperlakukan dengan sangat hati-hati dan dibeking dengan pembelaan khusus. Biarkanlah Injil menjadi subyek kritik melalui standar kritik sejarah yang sama sebagaimana para ahli sejarah terkenal memperlakukan literatur non-religious. Saat perlakuan yang sama diijinkan sebagaimana adanya, Injil membuktikan kebenarannya.12 Referensi Dan Catatan Kaki
[ Jika informasi ini berguna, pertimbangkanlah dalam doa untuk memberi sumbangan guna membantu menutupi biaya-biaya agar menjadikan pelayanan yang membangun iman ini tersedia bagi Anda dan keluarga Anda! Sumbangan bersifat tax-deductible (di Amerika). ] Diterjemahkan oleh: Connie Copyright © 1998, Hak Cipta dilindungi undang-undang - kecuali sebagaimana dinyatakan pada halaman “Usage and Copyright” terlampir yang memberi kepada pengguna ChristianAnswers.Net, hak untuk menggunakan halaman ini untuk pekerjaan di rumah, kesaksian pribadi, di gereja-gereja maupun sekolah-sekolah. ChristianAnswers.Net/indonesian |