Apakah The Da Vinci Code “adalah penyerangan yang paling serius terhadap Kekristenan”?


Lihat halaman ini dalam bahasa: Inggris (English), Albania, Bahasa Bulgaria, Catalan, Cek, Chinese traditional, Belanda, Perancis, Itali, Jepang, Korean, Slovak, Spanyol, Tagalog, Ukrainian

Copyrighted photograph

Sudah menjadi rahasia umum apabila saat ini penyerangan terhadap Kekristenan baik di Amerika, Inggris dan di belahan bumi lainnya mengalami peningkatan yang luar biasa baik di media-media, sekolah, pengadilan dan yang paling sering adalah gereja. Dalam budaya yang secara sistematis berusaha untuk terus mendiskreditkan atau menjelekkan Kristus dan FirmanNya, Dr. Erwin Lutzer seorang pakar teologia yang juga adalah seorang pendeta untuk wilayah Chicago telah melakukan suatu penelitian dan berkesimpulan bahwa: “The Da Vinci Code merupakan penyerangan paling serius terhadap Kekristenan yang pernah saya saksikan.”[1]

Terlepas dari pernyataan yang begitu berani, mari kita lihat lebih jauh tentang novel karya Dan Brown yang begitu terkenal ini, dimana segera filmnya dengan judul yang sama akan segera beredar dan akibat yang mungkin terjadi terhadap gereja dan kebudayaan.

Novel

Copyrighted photo.

Bagaimanapun Dan Brown telah mampu membuat kita percaya bahwa “seluruh penjelasan tentang karya seni, arsitektur, dokumen-dokumen dan ritual-ritual rahasia dalam novel ini adalah benar-benar akurat,”[2] The Da Vinci Code merupakan karya fiksi, lengkap dengan orang baik, penjahat dan peristiwa-peristiwa berbahayanya. Sang tokoh protaganis, Robert Langdon, pakar pemecah kode dari Harvard, seorang yang memiliki karakter yang tulus tapi pasif dengan sedikit keruwetan. Novel ini menyajikan plot-plot yang bisa disebut luar biasa, dengan kalimat-kalimat yang cukup baik, sehingga tidak mudah terlupakan. Sebagai novel fiksi yang “popular” bisa dikatakan sangat menghibur,[3] namun sesuai dengan jenis novelnya belum tentu mampu menjadi novel klasik. Namun The Da Vinci Code telah menjadi sensasi dunia.

Kejadian utama dalam novel ini yang begitu mampu menarik perhatian adalah tentang suatu teori konspirasi yang mengisahkan bahwa Yesus menikah dengan Maria Magdalena. Setelah kematian Yesus, Maria kabur dengan anak mereka dan menjadi symbol “wanita suci” dari suatu agama pagan kuno.

Teori ini bukan merupakan hal baru bagi Dan Brown; siapapun pelajar yang begitu serius mempelajari tentang sejarah eklesiastikal atau pelajaran tentang gereja pastilah sangat terbiasa dengan tradisi kuno ini (albeit aberrant), yang mana sejak lama telah dinyatakan baik oleh Katolik maupun Protestan adalah merupakan suatu bidah atau pelecehan.[4] Bagaimanapun, seseorang harus melakukan penggalian (bahkan tidak perlu terlalu dalam) terhadap dasar “sejarah” tentang tradisi ini untuk lebih yakin lagi, bahwa semua ini, hanyalah kisah fiksi belaka.

Michael Baigent, Richard Leigh dan Henry Lincoln[5] membuat pernyataan yang mengagetkan sehubungan dengan penelitian yang mereka lakukan:

Kita hanya bisa menelusuri dengan melakukan penyaringan menyeluruh terhadap [Injil] — agar bisa menentukan paragraph mana yang mungkin atau kemungkinan benar … penggalan paragraf yang mungkin dapat membuktikan tentang perkawinan antara Yesus dengan seorang wanita yang disebut sebagai Magdalena. …Dalam rangka mencari hal itu, kami menyadari, bahwa kami harus membaca kata perkata, menjembatani setiap jurang pemisah yang sudah pasti, menilai setiap jeda pada bait-bait syair yang benar. Kami pasti harus berhadapan dengan ketidak telitian, dengan petunjuk-petunjuk, dengan referensi-referensi dan yang terbaik dari semuanya adalah kesalahan semata. [6]

Copyright, Universal Studios

Namun penyerangan yang dilakukan oleh The Da Vinci Code terhadap Kristus dan Firman-Nya, Alkitab, meluncur lebih dalam dari hanya sekedar sebuah penyerangan teori konspirasi kuno belaka. Dengan menanamkan benih keraguan dalam pikiran pembaca tentang keberadaan Alkitab, baik novel maupun film-nya telah melakukan suatu penyerangan langsung terhadap otoritas Kitab Suci. Menurut sejarawan fiksi Leigh Teabing, salah satu tokoh rekaan Tuan Brown,[7] bahwa Kaisar Romawi Constantine telah memilih diantara injil-injil kuno dan memilih yang paling pas dengan agenda politik yang dijalankannya, termasuk juga menciptakan satu buku yang sekarang ini kita kenal sebagai Alkitab.[8] (Dalam kenyataannya, Kitab Suci kanonik belum diajukan pada konsili gereja sampai dengan kematian Constantine—Dewan Nicene Constantine lebih memperhatikan masalah ketuhanan dan kealamian Kristus.) Pelajaran sejarah Tuan Brown yang “fiksional” merupakan kecerdikan pseudo-academic dimana sejarah itu telah berulangkali ditolak oleh para cendikiawan sejarah dan ahli Alkitab.[9]

Rasio Keemasan

Copyrighted photograph

Novel itu juga menyebutkan tentang Leonardo Fibonacci di Pisa, seorang ahli matematika abad ke 13 yang telah menemukan suatu deretan angka dengan ketepatan yang sangat ganjil.

Rangkaian perhitungan Fibonacci ini dimulai dengan bilangan nol, lalu satu, lalu setiap urutan berikutnya merupakan penjumlahan dari kedua angka sebelumnya (0, 1, 1, 2, 3, 5, 8, 13, dst.). Setelah beberapa angka-angka pertama, rasio antara setiap dua angka di dalam urutan itu adalah 1.618 (yakni, angka kedua adalah 1.618 kali lebih besar dari angka sebelumnya).

Apa yang menyebabkan penelitian ini menjadi begitu siknifikan, dan bagaimana hal itu dapat berhubungan dengan kontroversi antara teori evolusi dan penciptaan? Rasio 1.618, dikenal oleh Paham Yunani kuno sebagai Proporsi Ilahi atau Golden Ratio, yang dapat ditemukan secara virtual dimana saja, baik dalam alam, seni, musik dan tata bangunan. Rasio itu bisa muncul dalam bentuk spiral seperti buah cemara, nanas, rumah kerang, tanduk, bunga matahari dan masih banyak lagi; juga rasio diantara setiap jari tangan dan kaki kita. Jumlah daun atau kuntum pada pohon seringkali merupakan angka Fibonacci; ini sebabnya bunga dengan lima kuntum lebih menyenangkan dipandang mata dari yang dengan empat kuntum.

Persepsi kita tentang keindahan seringkali (tanpa sadar) berdasarkan ratio 1.618. Mengetahui hal ini, para komposer dan artis—termasuk Leonardo da Vinci—seringkali menjadikan ratio ini sebagai dasar hasil karya mereka. Sementara banyak dari fenomena yang ditonjolkan oleh Brown meragukan atau serta merta bisa dikatakan salah, * kehadiran dari Divine Proportion, atau phi, dalam alam terdokumentasi dengan jelas. Meskipun karakter fiksi Tuan Brown memberikan suatu gambaran kesimpulan yang salah, sangatlah sukar untuk membayangkan lebih banyak bukti yang meyakinkan bagi sebuah rancangan…**


* Sebagai contoh, penonjolan yang dikemukakan Brown, bahwa ratio jantan terhadap betina dari lebah madu dalam “sarang manapun di dunia ini” adalah phi; Brown, hal. 94.

** “Ketika masyarakat kuno menemukan PHI, mereka yakin sekali bahwa mereka telah membentur dinding dunia, sebab itulah mereka melakukan penyembahan terhadap alam.” Brown, hal. 95.

Idealnya, hanya mereka yang begitu naif yang mau mengambil hal tersebut untuk ditonjolkan sebagai karya fiksi; namun, kebenaran yang menyedihkan adalah banyak orang tidak terlalu mengangap penting Firman Tuhan, dan yang lebih buruk lagi mereka lebih memilih untuk tidak percaya kepada Firman itu.[10] Bagi mereka, kesalahan-kesalahan yang disajikan dengan pintar dalam Novel The Da Vinci Code adalah kebenaran yang mereka butuhkan agar supaya mereka dapat terus menolak otoritas Alkitab.

Ironisnya, hal ini terdapat dalam konteks yang mana pembaca akan diperkenalkan pertama kali kepada hal yang sangat menarik yaitu tentang “Rangkaian Perhitungan Fibonacci dan Proporsi Ilahi.” Perhatikan sidebar untuk bukti yang mengagumkan yang mendukung terjadinya penciptaan, penciptaan.

Penyerangan

Apakah pernyataan Pendeta Lutzer bahwa The Da Vinci Code adalah “penyerangan yang paling serius terhadap Kekristenan abad ini” adalah benar? Dalam suatu pengertian dia telah mendekati kebenaran, dalam hal tentang penyerangan terbesar terhadap Kekristenan dan Yesus Kristus, dan dalam maksud tertentu termasuk didalamnya menyerang Firman-firman yang diucapkan Kristus. Bagaimanapun, dalam peperangan ini, The Da Vinci Code hanyalah sebuah roda gigi kecil yang terdapat dalam sebuah roda raksasa. Berapa banyak para ahli teologia dan pemimpin Kristen menyadari bahwa mereka angkat tangan dalam menghadapi karya fiksi yang terus menerus mencoba untuk menyatakan bahwa ke-66 kitab yang terdapat dalam Alkitab tidak dapat dipercaya khususnya pada kitab Kejadian? Suatu hari The Da Vinci Code akan berangsur-angsur menghilang pesonanya, sementara generasi Kristen semakin dalam tenggelam dalam ketidakpercayaan. Disinilah perang sesungguhnya telah menerima hasilnya.

Apakah saudara orang percaya atau bukan dan memilih (dengan keleluasaan) untuk membaca The Da Vinci Code atau menonton filmnya, tetap merupakan hal yang penting untuk mengiinformasikan ke seluruh aspek mengenai penyerangan terhadap Firman Allah ini – apapun bentuknya—dan “siap sedia untuk memberikan jawaban” (1 Petrus 3:15) dengan lemah lembut dan hormat dalam mengatasi berbagai tentangan terhadap injil Yesus Kristus.

Referensi dan Catatan

  1. Sebagai kutipan dalam cnn.com, 28 Maret 2006. Kembali ke teks.
  2. Dan Brown, The Da Vinci Code (New York: Doubleday, 2003) p. 1. Kembali ke teks.
  3. Sebagai sanggahan untuk fiksi yang diklasifikasikan sebagai “karya sastra”; sebuah perbedaan yang digunakan oleh penerbit dan penulis. Kembali ke teks.
  4. Pertama kali saya menemukan teori ini ketika sedang mempelajari Perjanjian Baru di sebuah Lembaga Pendidikan Alkitab; dan untuk kedua kalinya dari sebuah karya fiksi yang memasukkan tentang The Da Vinci Code selama beberapa tahun. Kembali ke teks.
  5. Penulis Buku Holy Blood, Holy Grail, Delacorte Press, 1982; Baigent dan Leigh baru-baru ini kalah dalam persidangan melawan Brown tentang pelanggaran hak cipta infringement. Kembali ke teks.
  6. Sebagai kutipan dalam equip.org. Kembali ke teks.
  7. Nama Teabing merupakan anagram dari nama Baigent. Sungguh ironis bahwa Brown memilih untuk menggunakan nama Teabing sebagai nama karakter “tenaga ahli”-nya berdasarkan nama Michael Baigent dan Richard Leigh, dimana mereka baru-baru ini mengajukan gugatan litigasi melawan dirinya (perhatikan catatan kaki no 5). Kembali ke teks.
  8. Brown, pp. 231-235. Kembali ke teks.
  9. Banyak dari artikel-artikel dan buku-buku bagus yang mendengungkan bantahan terhadap pernyataan yang dibuat oleh Dan Brown. Salah satu sumber yang cukup istimewa yang dapat membantu adalah The Real History Behind The Da Vinci Code oleh Sharan Newman, seorang ahli sejarah (secular), Berkeley Books, New York, 2005. Bagaimanapun, diharapkan sekali untuk membaca ini—dan bahan-bahan penuntun lain—seperti yang dilakukan oleh jemaat di Berea (Acts 17:11). Kembali ke teks.
  10. Roman 1:25. Kembali ke teks.

Diterjemahkan oleh: Yuni Sihombing

Penulis: Melinda Christian, Answers in Genesis USA

Text copyright © 2006, Answers in Genesis USA, All Rights Reserved — except as noted on attached “Usage and Copyright” page that grants ChristianAnswers.Net users generous rights for putting this page to work in their homes, personal witnessing, churches and schools. Illustrations and layout copyright, 2006, Films for Christ.

Associates for Biblical Research

Informasi tambahan yang berhubungan

  • Dapatkah Kristus berdosa? Jawaban
  • Archaeology – Pernahkah ditemukan situs-situs pemakaman dari orang-orang yang terlibat dalam kehidupan dan kematian Kristus? Jawaban
  • Bagaimana kita bisa yakin bahwa Alkitab itu benar? Jawaban
  • Bagaimana Alkitab bisa disebut sempurna jika ditulis oleh orang-orang yang tidak sempurna? Jawaban
  • Apakah Yesus Kristus benar-benar adalah Tuhan? Jawaban
  • Jika Yesus adalah anak Allah, mengapa Dia menyebut dirinya Anak Manusia? Jawaban
  • Trinitas – Bagaimana satu Allah menjadi tiga pribadi? Jawaban
  • Christian Spotlight movie review page: The Da Vinci Code
  • The Da Vinci Code Message (on-line audio) oleh Ray Comfort (Living Waters / Way of the Master) anggota tim Christian Answers
  • Apakah Yesus Kristus hanyalah legenda sebuah? Jawaban
  • Apakah Yesus Kristus seorang manusia atau Tuhan? Jawaban
  • Jika Yesus adalah Tuhan, bagaimana Dia bisa mati? Jika Yesus mati di kayu salib, lalu bagaimana Dia hidup saat ini? Jawaban
  • Apakah ke Tuhanan Yesus Kristus dimanifestasikan dalam wujud manusia? Jawaban
  • Karakter – Apakah karakter Kristus sesuai dengan pernyataanNya yang agung? Jawaban
  • Apakah ilmu pengetahuan tidak setuju dengan mujizat yang berhubungan dengan Yesus Kristus? Jawaban
  • Maria Magdalena
  • “The Jesus Seminar” – Apakah kecaman mereka tentang injil bisa dikatakan benar? Jawaban
  • “The Jesus Seminar” – Siapa yang sebenarnya mereka bicarakan? Jawaban
Jesus Christ: His Identity, Life, Death and Resurrection

ChristianAnswers.Net
Christian Answers Network
PO Box 577
Frankfort KY 40602
USA

Go to index page ChristianAnswers.Net
CAN Home
Shortcuts
Christian Answers Network HOMEPAGE dan DIREKTORI